Jumat, 13 Desember 2013

Psiko-Sosiolinguistik



Psiko-sosiolinguistik Sebagai Multidisipliner [1]
Oleh:
Etey, Qomariah, S. Pd. I [2]

ABSTRAK
Psiko-sosiolinguistik atau bisa di singkat dengan “PSL” merupakan ilmu hibrida, yakni, ilmu yang merupakan gabungan antara dua ilmu: psikolinguistik dan sosiolinguistik, yang pendekatannya tidak cukup eka/tunggal disiplin (seperti psikologi) melainkan harus anekadisiplin (multidisipliner), meliputi; psikologi, sosiologi, dan linguistik. Pemahaman tentang psiko-sosiolinguistik dipandang penting. Melalui psikologi dipelajari mengenai psikis seseorang, sosiologi dipelajari mengenai hubungan masyarakat  dan melalui linguistik dipelajari mengenai materi bahasa. Melalui multidisipliner ini dapat dipahami proses yang terjadi dalam diri psikis seseorang ketika saat berhubungan dengan masyarakat dalam memahami materi bahasa. Terkait bahasa Arab sebagai bahasa asing (applied linguistics) atau bahasa kedua, tidak bisa dipahami oleh linguistik saja, tetapi hanya bisa dipahami melalui ilmu lain yang berkaitan dengannya, yaitu Psikologi, dan sosiologi. Atas dasar hal tersebut muncul-lah disiplin ilmu yang baru yang disebut Psiko-sosiolinguistik atau disebut juga dengan istilah Psikologi Sosial Bahasa.

Kata Kunci: Psiko-Sosiolinguistik dan Multidisipliner

A.    Pendahuluan
Bahasa terdiri atas unsur-unsur yang tersusun secara teratur. Bahasa bukanlah sejumlah unsur yang terkumpul secara acak atau tidak beraturan. Bahasa itu sistematis. Di samping itu, dapat pula dinyatakan bahwa bahasa terdiri dari subsistem-subsistem, artinya bahasa bukanlah sistem tunggal. Bahasa terdiri dari beberapa subsistem, yaitu subsistem fonologi, subsistem gramatikal, dan subsistem leksikal.
Ahli bahasa dapat memanfaatkan psikologi untuk menganalisis perolehan bahasa dan akibat gangguan psikologi. Perhubungan ini melahirkan psikolinguistik. Hubungan dengan sosiologi melahirkan sosiolinguistik. Subdisiplin ini dikaji hubungan bahasa dengan pembicara, bahasa apa atau variasi bahasa, apa yang dibicarakan, kepada siapa, dan kapan terjadi pembicaraan. Dengan kata lain, sosiolinguistik menganalisis hubungan antara aspek sosial dengan kegiatan berbahasa. Pemanfaatan antropologi menghasilkan anropolinguistik atau etnolinguistik. Subdisiplin ini mempelajari hubungan antara bahasa, penggunaan bahasa, dan kebudayaan pada umumnya.
Sebagaimana dikemukakan oleh Yudibrata, Andoyo Sastromiharjo, dan Kholid A. Harras (1997/1998: 2) bahwa linguistik adalah ilmu yang mengkaji bahasa, biasanya menghasilkan teori-teori bahasa; tidak demikian halnya dengan siswa sebagai pembelajar bahasa atau bahasa asing (applied linguistics).
Psiko-sosiolinguistik merupakan interdisipliner, psikolinguistik dan sosiolinguistik, yang kemudian diterjemahkan lebih luas sebagai penggabungan antara psikologi, sosiologi, dan linguistik. Namun sampai saat ini belum jelas bentuk penggabungannya. Akan tetapi pemakalah mencoba untuk mengetahui apa yang di maksud dengan ilmu Psiko-sosiolinguistik yang tidak jauh berbeda dengan ranah pembahasan berkaitan dengan bahasa psikolinguistik dan sosiolinguistik.
Beberapa alternatif mengemuka, namun tetap saja tidak mudah menyatukan sifat formalistik psikolinguistik yang otonom-tertutup dengan fungsionalistik sosiolinguistik yang terkait konteks-terbuka. Dari sekian gagasan alternatif penyatuan baik langsung maupun tidak langsung, kami berkesimpulan bahwa dua disiplin ilmu  tadi akan sangat menarik bila disatukan di dalam wadah lain yang dalam hal ini adalah “pembelajaran bahasa asing” terutama sekali yang berhubungan dengan pembelajaran bahasa Arab.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud Psiko-sosiolinguistik?
2. Apa yang dimaksud Psiko-sosiolinguistik sebagai multidisipliner?


C.    Deskripsi
1.      Pengertian Psiko-sosiolinguistik
Psiko-sosiolinguistik (selanjutnya disingkat PSL), dibandingkan dengan ilmu-ilmu sosial lain, seperti ilmu ekonomi, psikologi, sosiologi, atau dengan linguistik sendiri, merupakan ilmu relatif baru. Ditinjau dari nama, PSL menyangkut psikologi, sosiologi, dan linguistik, karena itu PSL mempunyai kaitan erat dengan ketiga kajian tersebut. Psiko-adalah kajian gejala-gejala jiwa/psikis, Sosio-adalah masyarakat, dan linguistik adalah kajian bahasa. Jadi, psiko-sosiolinguistik adalah kajian tentang bahasa yang dikaitkan dengan kondisi gejala-gejala jiwa/psikis kemasyarakatan. Berikut akan dikemukakan beberapa batasan tentang PSL, sesuai dengan  psikolonguistik dan sosiolinguistik.
a.       Pengertian, Ruang lingkup dan Kegunaan Psikolonguistik.
1)      Pengertian Psikolinguistik
Psikolinguistik merupakan interdisipliner yang terdiri dari psikologi dan linguistik.[3] Psikolinguistik adalah suatu studi mengenai penggunaan bahasa dan perolehan bahasa oleh manusia (Levelt, 1975). Dari definisi ini terlihat ada dua aspek yang berbeda, yaitu pertama perolehan yang menyangkut bagaimana seseorang, terutama anak-anak belajar bahasa dan kedua penggunaan bahasa oleh orang dewasa normal.[4] Obyek formal psikologi adalah prilaku dan obyek formal dari linguistik adalah bahasa.[5]
2)      Ruang lingkup Psikolinguistik
Ruang lingkup kajian psikolinguistik adalah: 1) proses psikologik pemerolehan dan belajar bahasa, dan 2) proses psikologik penggunanaan bahasa di dalam berkomunikasi yang terdiri dari pengungkapan (expression) dan penerimaan (reception). Untuk membahas dua pokok bahasan tersebut, maka Psikolinguistik membahasan persoalan-persoalan yang  terkait dengan proses psikologik pemerolehan dan belajar bahasa yang akan meliputi teori pemerolehan dan belajar behavioristik, kognitivistik dan humanistik beserta contoh masing-masing.[6]
Secara rinci psikolinguistik mempelajari empat topik utama: 1) komprehensi, yakni, proses-proses mental yang dilalui oleh manusia sehingga mereka dapat menangkap apa yang dikatakan orang dan memahami apa yang dimaksud, 2) produksi, yakni, proses-proses mental pada diri kita yang membuat kita dapat berujar seperti yang kita ujarkan, 3) landasan biologis serta neurologis yang membuat manusia bisa berbahasa, dan 4) pemerolehan bahasa, yakni, bagaimana anak memperoleh bahasa mereka.[7]  
Levelt, telah membagi psikolinguistik ke dalam tiga bidang utama diantaranya:
a.       Psikolinguistik Umum
Psikolinguistik Umum yaitu suatu studi mengenai bagaimana pengamatan atau persepsi orang dewasa tentang bahasa dan bagaimana ia memproduksi bahasa. Selain itu, juga mempelajari mengenai proses kognitif yang mendasarinya pada waktu seorang menggunakan bahasa.[8]
b.      Psikolinguistik Perkembangan
Psikolinguistik Perkembangan yaitu suatu studi psikologi mengenai perolehan bahasa pada anak-anak dan orang dewasa, baik perolehan bahasa pada anak-anak dan orang dewasa, baik perolehan bahasa pertama (bahasa ibu) maupun bahasa kedua. Disini akan dibahas persoalan-persoalan yang dialami seorang anak yang harus belajar dua bahasa secara bersamaan atau bagaimana seorang anak memperoleh bahasa pertamanya, apakah orang dewasa yang belajar bahasa kedua mengalami proses yang sama seperti seorang anak belajar bahasa pertamanya, dan teknik-teknik pengajaran bahasa yang bagaimana yang dapat mengurai terjadinya interferensi antara dua bahasa pada murid-murid.[9]
Psikolinguistik perkembangan mengkaji; perkembangan fonologi (bunyi bahasa), semantik (arti atau makna), sintaksis (susunan kata-kata dalam kalimat), morfologi (struktur kata), konseptual (perkembangan berfikir), bahasa anak, tuturan anak (child speech), mekanisme perolehan bahasa pada anak.[10]
c.       Psikolinguistik Terapan
Psikolinguistik Terapan adalah aplikasi dari teori-teori psikolinguistik dalam kehidupan sehari-hari pada orang dewasa ataupun pada anak-anak.[11]
Tabel 1.1 Ruang lingkup ilmu Psikolinguistik[12]

Bagian
Sub Bagian
Contoh
Psikolinguistik
Umum
Persepsi 
Auditif
Visual
Mendengarkan
Menulis,
Membaca.
  
Kognitif
Ingatan
Berpikir
Intuisi
Verbal Memory
Verbal Thingking

Produksi

Auditif
Visual
Berbicara
Menulis
Psikolinguistik
Perkembangan
Bahasa Pertama (bahasa ibu)
Bahasa Kedua


Struktur kalimat dua kata Belajar membaca interferensi atau kemudahan (facilitation) yang disebabkan oleh bahasa pertama atau bahasa ibu
Psikolinguistik
Terapan
Umum

Normal
Studi tentang ejaan
Menyimpang
Aphesia
Perkembangan
Normal
Kurikulum untuk belajar membaca
Menyimpang
Gagap, buta warna, dyslexia
3)      Kegunaan Psikolinguistik
Bagian psikolinguistik yang terkait dengan pemerolehan dan belajar bahasa inilah yang penyiap anggap lebih relavan bagi calon guru bahasa asing, karena prinsip-prinsip psikologik yang dapat disarikan dari proses psikologik pemerolehan dan belajar bahasa akan sangat berguna kelak di kala mereka berkecenimpung di dalam menggeluti profesinya itu.[13]
Di antara kegunaan atau arti pentingnya prinsip-prinsip psikologik tersebut adalah: 
a.       Prinsip-prinsip psikologik dapat dimanfaatkan untuk lebih mendayagunakan diri dan lingkungan.
b.      Untuk memfariasi strategi-strategi pembelajaran kelas.
c.       Untuk menilai dasar psikologik suatu pendekatan, metode, dan prosedur pembelajaran (bahasa) dan kemudian mengembangkannya secara lebih baik.
d.      Untuk menilai keserasian unsur-unsur psikologik yang membentuk suatu pendekatan atau metode pembelajaran (bahasa).
e.       Memahami prinsip-prinsip psikologik akan memperkuat kebermaknaan dan pemahaman terhadap suatu pendekatan atau metode pembelajaran (bahasa) yang pada gilirannya akan meningkatkan penghayatan guru di kala menggunakannya di dalam pembelajaran.
f.       Prinsip-prinsip psikologik yang disarikan dari psikolinguistik dapat dijadikan dasar untuk mengembangkan teori pembelajaran yang terkait dengan pembelajaran bahasa.[14]
b.      Pengertian, Ruang lingkup, dan  Kegunaan sosiolinguistik
1)      Pengertian Sosiolinguistik
Sosiolinguistik merupakan ilmu antardisiplin antara sosiologi dan linguistik, dua bidang ilmu empiris yang mempunyai kaitan sangat erat. Maka, untuk memahami apa sosiolinguistik itu, perlu terlebih dahulu dibicarakan apa yang dimaksud dengan sosiologi dan linguistik itu. Tentang sosiologi telah banyak batasan yang telah dibuat oleh para sosiolog, yang sangat bervariasi, tetapi yang intinya kira-kira adalah bahwa sosiologi itu adalah kajian yang objektif dan ilmiah mengenai manusia di dalam masyarakat itu terjadi, berlangsung, dan tetap ada. Dengan mempelajari lembaga-lembaga sosial dan segala masalah sosial dalam satu masyarakat, akan diketahui cara-cara manusia menyesuaikan diri dengan lingkungannya, bagaimana mereka bersosialisasi , dan menempatkan diri dalam tempatnya masing-masing dalam masyarakat. Sedangkan linguistik adalah bidang ilmu yang mempelajari bahasa, atau bidang ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya. Dengan demikian, secara mudah dapat dikatakan bahwa sosiolinguistik adalah bidang ilmu antardisiplin yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa itu dalam masyarakat.[15]  Abdul Chaer menyimpulkan pendapat dari beberapa tokoh pengertian sosiolinguistik adalah cabang ilmu linguistik yang bersifat interdisipliner dengan ilmu soiologi, dengan objek penelitian hubungan antar bahasa dengan faktor-faktor sosial di dalam suatu masyarakat tutur. Atau secara lebih oprasional lagi seperti dikatakan Fishman (1972, 1976), “..study of who speak what languege to whom and when.[16] Sebagai objek dalam sosiolinguistik, bahasa tidak dilihat atau didekati sebagai bahasa, sebagaimana dilakukan oleh linguistik umum, melainkan dilihat atau didekati sebagai sarana interaksi atau komunikasi di dalam masyarakat manusia.[17]
2)      Ruang lingkup Sosiolinguistik
Konferensi sosiolinguistik pertama yang berlangsung di University of California, Los Angeles, tahun 1964, telah merumuskan adanya tujuh dimensi dalam penelitian sosiolinguistik. Ketujuh dimensi yang merupakan masalah dalam sosiolinguistik itu adalah; a) identitas sosial dari penutur [18], b)  identitas sosial dari pendengar yang terlibat dalam proses komunikasi [19],c) lingkungan sosial tempat peristiwa tutur terjadi [20],d) analisis sinkronik dan diakronik dari dialek-dialek sosial [21],e) penilaian sosial yang berbeda oleh penutur akan perilaku bentuk-bentuk ujaran [22],f) tingkat variasi dan ragam linguistik [23], dan, g) penerapan praktis dari penelitian sosiolinguistik (lihat Dittmar 1976: 128).[24]
3)      Kegunaan Sosiolinguitik
Kegunaan sosiolinguistik bagi kehidupan praktis sangat banyak, sebab bahasa sebagai alat komunikasi verbal manusia, tentunya mempunyai aturan-aturan tertentu. Dalam penggunaannya sosiolinguistik memberikan pengetahuan bagaimana cara menggunakan bahasa.
Sosiolinguistik dapat kita manfaatkan dalam berkomunikasi dan berinteraksi. Sosiolinguistik akan memberikan pedoman kepada kita dalam berkomunikasi dengan menunjukkan bahasa, ragam bahasa atau gaya bahasa apa yang harus kita gunakan jika kita berbicara dengan orang tertentu.

2.      Psiko-Sosiolinguistik Sebagai Multidisipliner
            Psiko-sosiolinguistik sebagai multidisipliner karena pendekatannya tidak cukup eka/ tunggal disiplin ilmu melainkan harus anekadisiplin (multidisipliner), meliputi psikologi, sosiologi, dan linguistik.
a.       Psikologi
Psikologi secara harfiah berasal dari kata “psyche” yang artinya (dalam bahasa Indonesia) “jiwa” dan “logos” yang dapat diartikan sebagai “perkataan/ilmu”. Sehingga oleh kebanyakan orang indonesia psikologi diartikan sebagai ilmu tentang jiwa. Padahal, agar kriteria sebagai ilmu pengetahuan dapat terpenuhi, psikologi akan lebih tepat jika dimaknai sebagai ilmu tentang tingkah laku yang merupakan ekspresi dari jiwa (Sarwono, 1978). Tingkah laku merupakan fokus pembahasan dari psikologi. Tidak hanya tingkah laku individu yang ditampakkan saja, melainkan juga eksistentensi atau jejak dari tingkah laku tersebut seperti kebiasaan, cara bicara, cara berfikir, pandangan hidup, cita-cita, kecerdasan, sikap, dan sebagainya.[25]
b.      Sosiologi
Sosiologi, secara harfiah berasal dari kata “socius” yang dapat berarti “teman” dan “logos”. Beberapa orang ahli mencoba memberikan definisi bagi sosiologi ini, diantaranya Emile Durkheim yang mendefinisikan sosiologi sebagai suatu ilmu yang mempelajari fakta-fakta sosial, yakni fakta yang mengandung cara bertindak, berpikir, berperasaan yang berada di luar individu di mana fakta-fakta tersebut memiliki kekuatan untuk mengendalikan individu . Definisi lain dari sosiologi juga diberikan oleh Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, yaitu ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial. Objek yang dikaji dalam sosiologi adalah masyarakat dalam berhubungan dan juga proses yang dihasilkan dari hubungan tersebut, dengan pokok bahasan berupa kenyataan atau fakta sosial, tindakan sosial, khayalan sosiologis serta pengungkapan realitas sosial.[26]
c.       Linguistik Umum
Secara umum linguistik adalah bahasa atau ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya. Linguistik berasal dari bahasa latin yaitu lingua adalah bahasa, sedangkan istilah dari Prancis linguistik adalah linguistique ,dari bahasa inggris adalah linguistics. Pakar linguistik di sebut juga Linguis . Ciri-ciri keilmuan linguistik menurut Ristal menyimpulkan bahwa Linguistik mempunyai 3 ciri yaitu: 1) Eksplisit Adalah jelas, menyeluruh, tidak mempunyai dua makna, pasti / konsisten. Contoh: Men+sikat=menyikat, Men+sapu=menyapu. 2) Sistematis Adalah berpola dan beraturan. 3)  Objektif Adalah sesuai keadaan atau apa adanya.[27]
Hakikat Linguistik menurut Ferdinan Dee Sanssure (Prancis) di anggap sebagai pelopor linguistik modern. Bukunya yang terkenal adalah Cours de linguistique generale (1916).Beberapa istilah yang digunakan olehnya adalah yang digunakan dalam linguistik, yaitu: 1) Language; Adalah satu kemampuan berbahasa yang ada pada setiap manusia yang sifatnya pembawaan. 2) Langue; Adalah mengacu pada suatu sitem bahasa tertentu yang ada dalam benak seseorang. 3) Parole; Adalah ujaran yang di ucapkan atau di dengar oleh kita.
Perbedaan Linguistik Umum dan Linguistik Spesifik, yaitu, Linguistik umum adalah ilmu yang tidak mengkaji sebuah bahasa saja, namun Linguistik spesifik adalah ilmu yang hanya mempelajari / mengkaji sebuah bahasa saja. Jenis-Jenis linguistik berdasarkan pembidangannya. 1). Linguistik umum (general linguistics); Adalah linguistik yang merumuskan secara umum semua bahasa manusia yang bersifat alamiah 2). Linguistik terapan (Applied Linguistik); Adalah ditujukan untuk menerapkan kaidah-kaidah linguistik dalam kegiatan praktis , sepertidalam pengajaran bahasa, terjemahan, penyusunan kamus, dan sebagainya. 3). Linguistik teoritis; Adalah hanya ditujukan untuk mencari atau menemukan teori-teori linguistik belaka.[28]
Dari uraian ini saya menyimpulkan bahwa psikologi, sosiologi, dan linguistik memiliki persamaan objek yang dipelajari, yaitu tingkah laku manusia dan bahasa manusia. Perbedaan antara ketiga ilmu tersebut adalah pada sudut pandang dan pokok bahasan dalam mengkaji tingkah laku ini. Psikologi memfokuskan pada tingkah laku seseorang sebagai ekpresi dari keberadaan jiwa dalam tubuh seseorang. Sosiologi memiliki fokus kajian bagaimana tingkah laku seseorang dalam me­nyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Sementara linguistik mengkaji tentang melihat bagaimana bahasa itu di ucapkan oleh seseorang.

D.    Analisa dan Perbandingan
Ketika kita telah mengetahui tentang beberapa disiplin ilmu yang terkait dengan Psiko-sosiolinguistik (PSL), kini pemakalah mencoba untuk menganalisis dan membandingkan kajian Psiko-soisolinguistik dengan; Psikologi, sosiologi dan Linguistik.
1.      PSL dengan Psikologi
Psikologi mempelajari Gejala- gejala psikis atau psikologis merupakan perwujudan kondisi kejiwaan seorang individu. Oleh sebab itu mempelajari kondisi psikologis seseorang dapat dilakukan dengan cara melihat dan mengamati gejala-gejala yang dimunculkan individu dan terukur. Jadi, psikologi berusaha mempelajari tingkah laku individu sebagai manifestasi kondisi psikis yang dialaminya.[29] Adapun objek formal telaah psikologi adalah manusia, sedangkan objek material telaahnya adalah perilaku.[30] Menurut madzhab psikologi seperti yang dikemukakan Sigmund Freud tentang struktur jiwa, psikoanalisa memandang psikis manusia secara vertikal atas-bawah (top-down), dan oleh karena itu madzhab psikologi ini disebut juga dengan Dept Psychology.[31] Berdasarkan cara pandang itu struktur psikis manusia masing-masing dari atas-kebawah adalah kesadaran (conscious) [32], ambang sadar, atau bawah sadar (preconscious/subconcious) [33] dan tidak sadar (unconcious).[34] Sesuai dengan pembagian jiwa manusia di atas maka perilaku atau katakanlah gejala-gejala jiwa ada yang bersumber dari wilayah ketidak-sadaran dan ada yang bersumber dari wilayah kesadaran. Penelitian terhadap gejala-gejala yang nampak atau kasat mata dan berhenti pada gejala-gejala yang nampak tersebut dan tanpa berusaha menghubungkannya dengan sumbernya telah memuculkan madzhab yang dikenal dengan behaviorisme. Penelitian para pakar psikologi terhadap gejala kognisi, gejala afeksi, gejala konasi, dan gejala campuran telah memunculkan dua madzhab psikologi yaitu kognitivisme dan humanisme, sedangkan penelitian terhadap gejala jiwa yang bersumber dari ketidak-sadaran telah memunculkan madzhab psikoanalisa.[35]
PSL tidak jauh berbeda dengan psikologi yang membicarakan tentang gejala-gejala psikis seseorang dalam mengucapkan suatu bahasa. Terkadang bahasa seseorang satu dan yang lain berbeda-beda karena latar belakang keluarga, lingkungan, sosial dll. Maka, ketika seseorang berbicara terkadang kita perlu melihat latar belakang seseorang dari berbagai aspek, sehingga kita mampu memahami bahasa apa yang ia gunakan dan bagaimana kita mampu menyaring ucapan seseorang dengan baik dan benar.
2.      PSL dengan Sosiologi
Sosiologi mempelajari antara lain struktur sosial, organisasi kemasyarakatan, hubungan antar anggota masyarakat, tingkah laku masyarakat. Secara konkret, sosiologi mempelajari kelompok-kelompok dalam masyarakat, seperti keluarga, clan (subsuku), suku, bangsa. Di dalam masyarakat ada semacam lapisan, seperti lapisan penguasa dan lapisan rakyat jelata, atau ada kasta-kasta yang berjenjang, juga dipelajari sosiologi. Tentu saja untuk mempelajari hal-hal semacam kita harus mempunyai data yang memadai, yang melibatkan banyak orang atau anggota masyarakat. Kita tidak dapat mengatakan susunan keluarga orang Arab adalah begini atau begitu, jika kita hanya mendasarkan pada satu keluarga Arab saja. Begitu pula, kita tidak dapat mengidentifikasikan ciri-ciri pemimpin Arab jika tidak melibatkan sang pemimpin dengan anggota-anggota yang dipimpin. Jadi, sosiologi itu paling tidak berhadapan dengan dua individu dalam masyarakat.[36]
PSL yang mempelajari gejala-gejala psikis bahasa dalam hubungan dengan masyarakat, memiliki persamaan dengan sosiologi, dalam arti PSL memerlukan data atau subjek lebih dari satu orang individu. Dalam kajian, keduanya menggunakan metode kuantitatif. PSL juga menggunakan metode sampling (random atau acak), karena kadang-kadang tidak mungkin seluruh anggota masyarakat dilibatkan atau dijadikan subjek atau informan. Dalam kaitan dengan kedua metode itu mustahil PSL juga menggunakan statistik, seperti halnya sosiologi. Dalam mengumpulkan data, baik sosiologi maupun PSL menggunakan wawancara, rekaman, pengumpulan dokumen, dan sebagainya, sedangkan dalam pengolahan data menggunakan metode deskriptif. Namun, kita lihat juga perbedaan antara kedua studi tersebut. Sampai tahap tertentu sosiologi memang menyentuh bahasa, misalnya kalau dia berbicara tentang hubungan antara anggota masyarakat yang satu dengan anggota yang lain, atau mengidentifikasikan ciri-ciri sebuah kelompok masyarakat yang merupakan suku atau bangsa. Tetapi, tentu juga sosiologi tidak sampai berbicara tentang bahasa itu sampai pada hal yang sekecil-kecilnya, misalnya tentang struktur kalimat. Sosiologi juga tidak akan berbicara tentang ragam atau variasi bahasa yang dipakai oleh seorang pemimpin, misalnya, ketika dia berbicara dengan istri di rumah, dengan tukang sapu di kantor, dengan anggota-anggota kelompoknya di dalam rapat. Sebaliknya, justru psikis ragam bahasa itulah yang menjadi salah satu objek PSL. Jadi, objek utama sosiologi bukan bahasa, melainkan masyarakat, dan dengan tujuan mendiskripsikan masyarakat dan tingkah laku. Dan objek utama PSL adalah psikis variasi bahasa, bukan masyarakat.
3.      PSL dengan Linguistik
Linguistik umum (General Linguistics) sering kali disebut linguistik saja, mencakup fonologi, morfologi, dan sintaksis. Linguistik di sini hanya berbicara tentang struktur bahasa, mencakup bidang struktur bunyi, struktur morfologi, struktur kalimat, dan akhir-akhir ini juga struktuk wacana (discourse). Linguistik yang demikian itu menitik beratkan pembicaraan pada bunyi-bunyi bahasa, karena atas dasar anggapan, bahasa itu berupa bunyi-bunyi yang berstruktur dan bersistem. Semua bahasa seperti itu, meski tidak ada dua bahasa yang memiliki struktur yang persis sama. Jadi, linguistik mempunyai pandangan monolitik terhadap bahasa. Artinya, bahasa dianggap sebagai satu sistem tunggal; 1) linguistik melihat bahasa sebagai suatu sistem tertutup, suatu sistem yang berdiri sendiri terlepas dari kaitannya dengan struktur masyarakat. Bahasa dianganggap sebagai sistem yang komponen-komponennya bersifat homogen. Dalam penelitian, seorang linguis memakai satu atau dua orang subjek sebagai informan. Tutur informan itu kemudian dianalisis; dan dari satu-dua orang itu si linguis kemudian menyusun tata bahasa atau memeriahkan struktur bahasa yang diteliti. Tentu saja informan itu terpilih dari orang-orang yang bertutur dalam satu ragam tertentu, yaitu ragam baku. Tentu juga kaidah yang berupa “tatabahasa” itu berlaku bagi semua ragam yang lain.[37]
PSL, sebagaimana linguistik, juga berbicara tentang bahasa. Metode yang digunakan juga serupa , yaitu deskriptif, dalam arti, menelaah objek sebagaimana adanya pada saat tertentu. Tetapi, perbedaan dengan linguistik juga bersifat mendasar. PSL justru tidak mengakui adanya konsep monolitik itu, karena PSL menganggap setiap bahasa mempunyai sejumlah variasi: tidak ada satu pun bahasa yang tidak bervariasi. Tutur seseorang bisa bervariasi sesuai dengan, misalnya, siapa lawan tuturnya. PSL melihat bahasa sebagai suatu sistem tetapi yang berkaitan dengan struktur masyarakat; bahasa dilihat sebagai sistem yang tidak terlepas dari ciri-ciri penutur dan dari nilai-nilai psikologis sosiobudaya yang dipatuhi oleh penutur itu; jadi bahasa dilihat sebagai sistem yang terbuka. Linguistik, atau linguistik struktural, sesuai dengan namanya, sangat mengutamakan pemerian terhadap struktur dan bunyi, sedangkan makna dinomorduakan. PSL lebih menitikberatkan fungsi bahasa dalam penggunaan, makna bahasa secara sosial. Karena itu pula, PSL tidak mungkin memakai satu-dua orang sebagai informan, melainkan memakai banyak informan, banyak pengguna bahasa.
Karena fokus pemerian linguistik itu struktural atau bunyi bahasa sebagai sistem, wajar kalau data yang dipakai adalah data tutur verbal, dan satuan terbesar yang digarap umumnya hanya pada tataran kalimat. Sebaliknya, sesorang sosiolinguis, yang fokusnya fungsi bahasa, data yang dicari dan dianalisis adalah data verbal plus nonverbal (seperti paralinguistik) dan nonlinguistik (yaitu data sosial dan budaya). PSL memperhatikan fonologi, morfologi, dan sintaksis, tetapi satuan terbesar yang menjadi objeknya adalah wacana; setidaknya sosiolinguis memulai dari wacana, baru turun ke tataran yang lebih kecil. Karena masalah PSL itu tidak jauh dari fungsi bahasa, pendekatannya tidak cukup eka/tunggal disiplin melainkan harus anekadisiplin.   

E.     Kesimpulan
1.      Pengertian Psiko-Sosioloinguistik yaitu Psiko-sosiolinguistik (selanjutnya disingkat PSL), dibandingkan dengan ilmu-ilmu sosial lain, seperti ilmu ekonomi, psikologi, sosiologi, atau dengan linguistik sendiri, merupakan ilmu relatif baru. Ditinjau dari nama, PSL menyangkut psikologi, sosiologi, dan linguistik, karena itu PSL mempunyai kaitan erat dengan ketiga kajian tersebut. Psiko-adalah kajian gejala-gejala jiwa/psikis, Sosio-adalah masyarakat, dan linguistik adalah kajian bahasa. Jadi, psiko-sosiolinguistik adalah kajian tentang bahasa yang dikaitkan dengan kondisi gejala-gejala jiwa/psikis kemasyarakatan.
2.      Psiko-Sosiolinguistik sebagai multidisipliner karena pendekatannya tidak cukup eka/ tunggal disiplin ilmu melainkan harus anekadisiplin (multidisipliner), meliputi psikologi, sosiologi, dan linguistik.

Daftar Pustaka

Chaer, Abdul, Linguistik Umum, Jakarta: Rineka Cipta, 2007
Chaer, Abdul, dan Agustina, Loenie, Sosiolinguistik Perkenalan Awal; Edisi Revisi, Jakarta: Rineka Cipta, 2004
Dardjowidjojo, Soenjono, Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia, Jakarta: YOI, 2003.
Malik, Imam, Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta: Teras, 2011
Marliani, Rosleny, Psikologi Umum, Bandung: Pustaka Setia, 2010
Putu Wijana, Dewa, dan Rohmadi, Muhammad, Sosiolinguistik; Kajian Teori dan Analisis, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012
Soeharso, dan Retnoningsih, Ana, Kamus Bahasa Indonesia Lengkap, Semarang: Grand Media Pustaka, 2007.
Soekanto, Soerjono, Sosiologi suatu pengantar, Jakarta: Rajawali Pers, 2006
Soeparno, Dasar-Dasar Linguistik Umum, Yogyakarta: Tiara Wacana, 2002 
Sumarsono, Sosiolunguistik, Yogyakarta: SABDA, 2010.
Syakur, Nazri, Proses Psikologik dalam Pemerolehan dan Belajar Bahasa; Seri Psikolinguistik, Yogyakarta: Tesis UIN, 2008
Verhaar, J.W.M., Asas-Asas Linguistik Umum, Yogyakarta: UGM Press, 2008.








[1] Paper ini dipresentasikan pada mata kuliah  Psiko-sosiolinguistik, yang di ampu oleh Bpk. Dr. H. Nazri Syakur, M.A., Rabu, 18 September 2013.
[2] Salah satu mahasiswa Program Pasca Sarjana semester pertama, Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Bahasa Arab di Universitas Islam Negri (UIN) Sunan Kalijaga 2013.
[3] Nazri Syakur, Proses Psikologik dalam Pemerolehan dan Belajar Bahasa; Seri Psikolinguistik, (Yogyakarta: Tesis UIN Sunan Kalijaga, 2008), hlm. 6
[4] Samsunuwiyati Mar’at, Psikolinguistik suatu pengantar, (Bandung: Refika Aditama, 2011), hlm. 1
[5] Nazri Syakur, Proses Psikologik dalam Pemerolehan dan Belajar Bahasa; Seri Psikolinguistik,..................................hlm. 6
[6] Ibid.,hlm. 7
[7] Soenjono Dardjowidjojo, Psiko-Linguistik; Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia, (Jakarta: Obor, 2003), hlm. 7
[8] Ada dua cara dalam persepsi dan produksi bahasa ini, yaitu secara auditif dan visual.  Persepsi bahasa secara auditif adalah mendengarkan dan persepsi bahasa secara visual adalah membaca. Dalam produksi bahasa kegiatannya adalah berbicara (auditif)  dan menulis (visual). Proses kognitif yang terjadi pada waktu seseorang berbicara dan mendengarkan antara lain mengingat apa yang baru didengar, mengenal kembali apa yang baru didengar itu sebagai kata-kata yang ada artinya, berpikir, mengungkapkan apa yang telah tersimpan dalam ingatan dalam bentuk ujaran atau tulisan. Jadi, menyangkut verbal thingking, verbal memory, dan sebagainya. Disamping itu, dalam berbahasa, peranan intuisi linguistik tidak boleh diabaikan. Maksudnya, intuisi atau perasaan mengenai pemakaian kata-kata yang tepat dalam suatu kalimat, sehingga kalimat tersebut benar, tidak bermakna ganda (ambigous), Lihat, Samsunuwiyati Mar’at, Psikolinguistik suatu pengantar,.............., hlm. 1
[9] Samsunuwiyati Mar’at, Psikolinguistik suatu pengantar, .........................., hlm. 2
[10] Ibid., hlm. 43
[11] Ibid., hlm. 2
[12] Ibid., hlm. 4
[13] Nazri Syakur, Proses Psikologik dalam Pemerolehan dan Belajar Bahasa; Seri Psikolinguistik............................................................................ hlm. 7
[14] Nazri Syakur, Proses Psikologik dalam Pemerolehan dan Belajar Bahasa; Seri Psikolinguistik...........................................................hlm, 7-8
[15] Abdul Chaer dan Leonie Agustina, Sosiolinguistik; Perkenalan Awal, Edisi Revisi, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), hlm. 2
[16] Abdul Chaer dan Leonie Agustina, Sosiolinguistik; Perkenalan Awal, Edisi Revisi,...................hlm. 4
[17]  Ibid., hlm, 3
[18] Identitas sosial dari penutur adalah, antara lain, dapat diketahui dari pertanyaan apa dan siapa penutur tersebut, dan bagaimana hubungannya dengan lawan tuturnya. Maka, identitas penutur dapat berupa anggota keluarga (ayah, ibu, kakak, adik, paman, dan sebagainya), dapat berupa teman karib, atasan atau bawahan (di tempat kerja), guru, murid, tetangga, pejabat, orang yang dituakan, dan sebagainya. Identitas penutur dapat mempengaruhi pilihan kode dalam bertutur. Bisa lihat, Abdul Chaer dan Leonie Agustina, Sosiolinguistik; Perkenalan Awal, Edisi Revisi,................hlm, 5
[19] Identitas sosial dari pendengar tentu harus dilihat dari pihak penutur. Maka, identitas pendengar itu pun dapat berupa anggota keluarga (ayah, ibu, adik, kakak, paman, dan sebagainya), teman karib, guru, murid, tetangga, orang yang dituakan, dan sebagainya. Identitas pendengar atau para pendengar juga akan mempengaruhi pilihan kode dalam bertutur.  Bisa lihat, Abdul Chaer dan Leonie Agustina, Sosiolinguistik; Perkenalan Awal, Edisi Revisi,.............hlm, 6
[20] Lingkungan peristiwa tutur terjadi dapat berubah ruang keluarga di dalam sebuah rumah tangga, di dalam mesjid, di lapangan sepak bola, di ruang kuliah, di perpustakaan atau di pinggir jalan.  Tempat peristiwa tutur terjadi dapat pula mempengaruhi pilihan kode dan gaya dalam bertutur. Misalnya, di ruang perpustakaan tentunya kita harus berbicara dengan suara yang tidak keras, dan seterusnya.Ibid., hlm. 6
[21] Analisis diakronik dan sinkronik dari dialek-dialek sosial berupa diskripsi pola-pola dialek-dialek sosial itu, baik yang berlaku pada masa tertentu atau yang berlaku pada masa yang tidak terbatas. Dialek sosial ini digunakan para penutur sehubungan dengan kedudukan mereka sebagai anggota kelas-kelas sosial tertentu di dalam masyarakat. Bisa lihat, Abdul Chaer dan Leonie Agustina, Sosiolinguistik; Perkenalan Awal, Edisi Revisi... . hlm. 6
[22] Penilaian sosial yang berbeda oleh penutur terhadap bentuk-bentuk prilaku ujar. Ibid., hlm. 6
[23] Tingkatan variasi atau linguistik, maksudnya, bahwa sehubungan dengan hetrogennya anggota suatu masyarakat tutur, adanya berbagai fungsi sosial dan politik bahasa, serta adanya tingkatan kesempurnaan kode, maka alat komunikasi, manusia yang disebut bahasa itu menjadi sangat bervariasi. Setiap variasi, entah namanya dialek, varietas, atau ragam, mempunyai fungsi sosialnya masing-masing. . Bisa lihat, Abdul Chaer dan Leonie Agustina, Sosiolinguistik; Perkenalan Awal, Edisi Revisi.......hlm. 6
[24] Penerapan praktis dari penelitian sosiolinguistik, merupakan topik yang membicarakan kegunaan penelitian sosiolinguistik untuk mengatasi masalah-maslah praktis dalam masyarakat. Misalnya, masalah pengajaran bahasa, pembakuan bahasa dll. Bisa lihat, Abdul Chaer dan Leonie Agustina, Sosiolinguistik; Perkenalan Awal, Edisi Revisi...................hlm, 5-6
[25] Rosleny Marliani, Psikologi Umum, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), hlm. 13
[26] Soerjono Soekanto, Sosiologi suatu pengantar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2006), hlm. 17
[27] Abdul Chaer, Linguistik Umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), hlm. 30
[28] Ibid, hlm. 30
[29] Abdul Chaer, Linguistik Umum ........................hlm. 16-17
[30] Baharuddin, Paradigma Psikologi Islami, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hlm. 287
[31] Nazri Syakur, Proses Psikologik dalam Pemerolehan dan Belajar Bahasa; Seri Psikolinguistik, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2008), hlm. 3
[32] Conscious adalah bagian dari kesadaran  perseptual, yaitu porsi jiwa (mind) yang sadar terhadap lingkungan langsung, Lihat. Nazri Syakur, .........................hlm. 3
[33] preconscious/subconcious adalah bukan termasuk kesadaran, namun dapat dipanggil tanpa menggunakan teknik tertentu atau adalah zona transisi melalui mana satu bahan yang ditekan (repressed material) harus lalui dalam perjalanannya dari ketidak-sadaran menuju kesadaran. Lihat. Nazri Syakur, Proses Psikologik dalam Pemerolehan dan Belajar Bahasa; Seri Psikolinguistik. .....................hlm. 3
[34] Adapun unconscious adalah wilayah jiwa yang merupakan tempat beradanya id dan bahan tekanan. Ibid., hlm. 3
[35] Ibid., hlm. 3-4
[36] Sumarsono, Sosiolinguistik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 5-6
[37] Sumarsono, Sosiolinguistik, ....................... hlm. 7-8

Tidak ada komentar:

Posting Komentar