Psiko-sosiolinguistik
Sebagai Multidisipliner [1]
Oleh:
Etey,
Qomariah, S. Pd. I [2]
ABSTRAK
Psiko-sosiolinguistik
atau bisa di singkat dengan “PSL” merupakan ilmu hibrida, yakni, ilmu yang
merupakan gabungan antara dua ilmu: psikolinguistik dan sosiolinguistik, yang
pendekatannya tidak cukup eka/tunggal disiplin (seperti psikologi) melainkan
harus anekadisiplin (multidisipliner), meliputi; psikologi, sosiologi, dan linguistik.
Pemahaman tentang psiko-sosiolinguistik dipandang penting. Melalui psikologi
dipelajari mengenai psikis seseorang, sosiologi dipelajari mengenai hubungan
masyarakat dan melalui linguistik
dipelajari mengenai materi bahasa. Melalui multidisipliner ini dapat dipahami
proses yang terjadi dalam diri psikis seseorang ketika saat berhubungan dengan
masyarakat dalam memahami materi bahasa. Terkait bahasa Arab sebagai bahasa
asing (applied linguistics) atau bahasa kedua, tidak bisa dipahami oleh
linguistik saja, tetapi hanya bisa dipahami melalui ilmu lain yang berkaitan
dengannya, yaitu Psikologi, dan sosiologi. Atas dasar hal tersebut muncul-lah
disiplin ilmu yang baru yang disebut Psiko-sosiolinguistik atau disebut juga
dengan istilah Psikologi Sosial Bahasa.
Kata
Kunci: Psiko-Sosiolinguistik dan
Multidisipliner
A.
Pendahuluan
Bahasa terdiri atas unsur-unsur yang tersusun secara teratur.
Bahasa bukanlah sejumlah unsur yang terkumpul secara acak atau tidak beraturan.
Bahasa itu sistematis. Di samping itu, dapat pula dinyatakan bahwa bahasa
terdiri dari subsistem-subsistem, artinya bahasa bukanlah sistem tunggal.
Bahasa terdiri dari beberapa subsistem, yaitu subsistem fonologi, subsistem
gramatikal, dan subsistem leksikal.
Ahli bahasa dapat memanfaatkan psikologi untuk menganalisis
perolehan bahasa dan akibat gangguan psikologi. Perhubungan ini melahirkan
psikolinguistik. Hubungan dengan sosiologi melahirkan sosiolinguistik.
Subdisiplin ini dikaji hubungan bahasa dengan pembicara, bahasa apa atau
variasi bahasa, apa yang dibicarakan, kepada siapa, dan kapan terjadi
pembicaraan. Dengan kata lain, sosiolinguistik menganalisis hubungan antara
aspek sosial dengan kegiatan berbahasa. Pemanfaatan antropologi menghasilkan
anropolinguistik atau etnolinguistik. Subdisiplin ini mempelajari hubungan
antara bahasa, penggunaan bahasa, dan kebudayaan pada umumnya.
Sebagaimana dikemukakan oleh Yudibrata, Andoyo Sastromiharjo,
dan Kholid A. Harras (1997/1998: 2) bahwa linguistik adalah ilmu yang mengkaji
bahasa, biasanya menghasilkan teori-teori bahasa; tidak demikian halnya dengan
siswa sebagai pembelajar bahasa atau bahasa asing (applied linguistics).
Psiko-sosiolinguistik
merupakan interdisipliner, psikolinguistik dan sosiolinguistik, yang kemudian
diterjemahkan lebih luas sebagai penggabungan antara psikologi, sosiologi, dan
linguistik. Namun sampai saat ini belum jelas bentuk penggabungannya. Akan
tetapi pemakalah mencoba untuk mengetahui apa yang di maksud dengan ilmu
Psiko-sosiolinguistik yang tidak jauh berbeda dengan ranah pembahasan berkaitan
dengan bahasa psikolinguistik dan sosiolinguistik.
Beberapa alternatif
mengemuka, namun tetap saja tidak mudah menyatukan sifat formalistik
psikolinguistik yang otonom-tertutup dengan fungsionalistik sosiolinguistik
yang terkait konteks-terbuka. Dari sekian gagasan alternatif penyatuan baik
langsung maupun tidak langsung, kami berkesimpulan bahwa dua disiplin ilmu tadi akan sangat menarik bila disatukan di
dalam wadah lain yang dalam hal ini adalah “pembelajaran bahasa asing” terutama
sekali yang berhubungan dengan pembelajaran bahasa Arab.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di
atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud Psiko-sosiolinguistik?
2. Apa yang dimaksud Psiko-sosiolinguistik sebagai multidisipliner?
C.
Deskripsi
1.
Pengertian
Psiko-sosiolinguistik
Psiko-sosiolinguistik (selanjutnya disingkat
PSL), dibandingkan dengan ilmu-ilmu sosial lain, seperti ilmu ekonomi,
psikologi, sosiologi, atau dengan linguistik sendiri, merupakan ilmu relatif
baru. Ditinjau dari nama, PSL menyangkut psikologi, sosiologi, dan linguistik,
karena itu PSL mempunyai kaitan erat dengan ketiga kajian tersebut. Psiko-adalah kajian gejala-gejala jiwa/psikis,
Sosio-adalah masyarakat, dan linguistik adalah kajian bahasa. Jadi,
psiko-sosiolinguistik adalah kajian tentang bahasa yang dikaitkan dengan
kondisi gejala-gejala jiwa/psikis kemasyarakatan. Berikut akan dikemukakan
beberapa batasan tentang PSL, sesuai dengan
psikolonguistik dan sosiolinguistik.
a. Pengertian, Ruang lingkup dan Kegunaan Psikolonguistik.
1) Pengertian
Psikolinguistik
Psikolinguistik merupakan interdisipliner
yang terdiri dari psikologi dan linguistik.[3]
Psikolinguistik adalah suatu studi mengenai penggunaan bahasa dan perolehan
bahasa oleh manusia (Levelt, 1975). Dari definisi ini terlihat ada dua aspek
yang berbeda, yaitu pertama perolehan yang menyangkut bagaimana seseorang,
terutama anak-anak belajar bahasa dan kedua penggunaan bahasa oleh orang dewasa
normal.[4]
Obyek formal psikologi adalah prilaku dan obyek formal dari linguistik adalah
bahasa.[5]
2) Ruang
lingkup Psikolinguistik
Ruang lingkup kajian psikolinguistik
adalah: 1) proses psikologik pemerolehan dan belajar bahasa, dan 2) proses
psikologik penggunanaan bahasa di dalam berkomunikasi yang terdiri dari
pengungkapan (expression) dan
penerimaan (reception). Untuk
membahas dua pokok bahasan tersebut, maka Psikolinguistik membahasan
persoalan-persoalan yang terkait dengan
proses psikologik pemerolehan dan belajar bahasa yang akan meliputi teori
pemerolehan dan belajar behavioristik, kognitivistik dan humanistik beserta
contoh masing-masing.[6]
Secara rinci psikolinguistik mempelajari
empat topik utama: 1) komprehensi, yakni, proses-proses mental yang dilalui
oleh manusia sehingga mereka dapat menangkap apa yang dikatakan orang dan
memahami apa yang dimaksud, 2) produksi, yakni, proses-proses mental pada diri
kita yang membuat kita dapat berujar seperti yang kita ujarkan, 3) landasan
biologis serta neurologis yang membuat manusia bisa berbahasa, dan 4)
pemerolehan bahasa, yakni, bagaimana anak memperoleh bahasa mereka.[7]
Levelt, telah membagi psikolinguistik ke
dalam tiga bidang utama diantaranya:
a. Psikolinguistik
Umum
Psikolinguistik Umum yaitu suatu studi
mengenai bagaimana pengamatan atau persepsi orang dewasa tentang bahasa dan
bagaimana ia memproduksi bahasa. Selain itu, juga mempelajari mengenai proses
kognitif yang mendasarinya pada waktu seorang menggunakan bahasa.[8]
b. Psikolinguistik
Perkembangan
Psikolinguistik Perkembangan yaitu suatu
studi psikologi mengenai perolehan bahasa pada anak-anak dan orang dewasa, baik
perolehan bahasa pada anak-anak dan orang dewasa, baik perolehan bahasa pertama
(bahasa ibu) maupun bahasa kedua. Disini akan dibahas persoalan-persoalan yang
dialami seorang anak yang harus belajar dua bahasa secara bersamaan atau
bagaimana seorang anak memperoleh bahasa pertamanya, apakah orang dewasa yang
belajar bahasa kedua mengalami proses yang sama seperti seorang anak belajar
bahasa pertamanya, dan teknik-teknik pengajaran bahasa yang bagaimana yang
dapat mengurai terjadinya interferensi antara dua bahasa pada murid-murid.[9]
Psikolinguistik perkembangan mengkaji;
perkembangan fonologi (bunyi bahasa), semantik (arti atau makna), sintaksis
(susunan kata-kata dalam kalimat), morfologi (struktur kata), konseptual
(perkembangan berfikir), bahasa anak, tuturan anak (child speech), mekanisme perolehan bahasa pada anak.[10]
c. Psikolinguistik
Terapan
Psikolinguistik Terapan adalah aplikasi
dari teori-teori psikolinguistik dalam kehidupan sehari-hari pada orang dewasa
ataupun pada anak-anak.[11]
Tabel
1.1
Ruang lingkup ilmu Psikolinguistik[12]
Bagian
|
Sub Bagian
|
Contoh
|
|
Psikolinguistik
Umum
|
Persepsi
|
Auditif
Visual
|
Mendengarkan
Menulis,
Membaca.
|
Kognitif
|
Ingatan
Berpikir
Intuisi
|
Verbal
Memory
Verbal
Thingking
|
|
Produksi
|
Auditif
Visual
|
Berbicara
Menulis
|
|
Psikolinguistik
Perkembangan
|
Bahasa
Pertama (bahasa ibu)
Bahasa
Kedua
|
|
Struktur
kalimat dua kata Belajar membaca interferensi atau kemudahan (facilitation) yang disebabkan oleh
bahasa pertama atau bahasa ibu
|
Psikolinguistik
Terapan
|
Umum
|
Normal
|
Studi
tentang ejaan
|
Menyimpang
|
Aphesia
|
||
Perkembangan
|
Normal
|
Kurikulum
untuk belajar membaca
|
|
Menyimpang
|
Gagap,
buta warna, dyslexia
|
3) Kegunaan
Psikolinguistik
Bagian psikolinguistik yang terkait
dengan pemerolehan dan belajar bahasa inilah yang penyiap anggap lebih relavan bagi
calon guru bahasa asing, karena prinsip-prinsip psikologik yang dapat disarikan
dari proses psikologik pemerolehan dan belajar bahasa akan sangat berguna kelak
di kala mereka berkecenimpung di dalam menggeluti profesinya itu.[13]
Di antara kegunaan atau arti pentingnya
prinsip-prinsip psikologik tersebut adalah:
a. Prinsip-prinsip
psikologik dapat dimanfaatkan untuk lebih mendayagunakan diri dan lingkungan.
b. Untuk
memfariasi strategi-strategi pembelajaran kelas.
c. Untuk
menilai dasar psikologik suatu pendekatan, metode, dan prosedur pembelajaran
(bahasa) dan kemudian mengembangkannya secara lebih baik.
d. Untuk
menilai keserasian unsur-unsur psikologik yang membentuk suatu pendekatan atau
metode pembelajaran (bahasa).
e. Memahami
prinsip-prinsip psikologik akan memperkuat kebermaknaan dan pemahaman terhadap
suatu pendekatan atau metode pembelajaran (bahasa) yang pada gilirannya akan
meningkatkan penghayatan guru di kala menggunakannya di dalam pembelajaran.
f. Prinsip-prinsip
psikologik yang disarikan dari psikolinguistik dapat dijadikan dasar untuk
mengembangkan teori pembelajaran yang terkait dengan pembelajaran bahasa.[14]
b. Pengertian, Ruang lingkup, dan Kegunaan sosiolinguistik
1) Pengertian
Sosiolinguistik
Sosiolinguistik merupakan ilmu
antardisiplin antara sosiologi dan linguistik, dua bidang ilmu empiris yang
mempunyai kaitan sangat erat. Maka, untuk memahami apa sosiolinguistik itu,
perlu terlebih dahulu dibicarakan apa yang dimaksud dengan sosiologi dan
linguistik itu. Tentang sosiologi telah banyak batasan yang telah dibuat oleh para
sosiolog, yang sangat bervariasi, tetapi yang intinya kira-kira adalah bahwa
sosiologi itu adalah kajian yang objektif dan ilmiah mengenai manusia di dalam
masyarakat itu terjadi, berlangsung, dan tetap ada. Dengan mempelajari
lembaga-lembaga sosial dan segala masalah sosial dalam satu masyarakat, akan
diketahui cara-cara manusia menyesuaikan diri dengan lingkungannya, bagaimana
mereka bersosialisasi , dan menempatkan diri dalam tempatnya masing-masing
dalam masyarakat. Sedangkan linguistik adalah bidang ilmu yang mempelajari
bahasa, atau bidang ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya. Dengan
demikian, secara mudah dapat dikatakan bahwa sosiolinguistik adalah bidang ilmu
antardisiplin yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa
itu dalam masyarakat.[15] Abdul Chaer menyimpulkan pendapat dari
beberapa tokoh pengertian sosiolinguistik adalah cabang ilmu linguistik yang
bersifat interdisipliner dengan ilmu soiologi, dengan objek penelitian hubungan
antar bahasa dengan faktor-faktor sosial di dalam suatu masyarakat tutur. Atau
secara lebih oprasional lagi seperti dikatakan Fishman (1972, 1976), “..study of who speak what languege to whom and
when.[16] Sebagai
objek dalam sosiolinguistik, bahasa tidak dilihat atau didekati sebagai bahasa,
sebagaimana dilakukan oleh linguistik umum, melainkan dilihat atau didekati
sebagai sarana interaksi atau komunikasi di dalam masyarakat manusia.[17]
2) Ruang
lingkup Sosiolinguistik
Konferensi sosiolinguistik pertama yang
berlangsung di University of California, Los Angeles, tahun 1964, telah
merumuskan adanya tujuh dimensi dalam penelitian sosiolinguistik. Ketujuh
dimensi yang merupakan masalah dalam sosiolinguistik itu adalah; a) identitas
sosial dari penutur [18],
b) identitas sosial dari pendengar yang
terlibat dalam proses komunikasi [19],c)
lingkungan sosial tempat peristiwa tutur terjadi [20],d)
analisis sinkronik dan diakronik dari dialek-dialek sosial [21],e)
penilaian sosial yang berbeda oleh penutur akan perilaku bentuk-bentuk ujaran [22],f)
tingkat variasi dan ragam linguistik [23],
dan, g) penerapan praktis dari penelitian sosiolinguistik (lihat Dittmar 1976:
128).[24]
3) Kegunaan
Sosiolinguitik
Kegunaan sosiolinguistik bagi kehidupan
praktis sangat banyak, sebab bahasa sebagai alat komunikasi verbal manusia,
tentunya mempunyai aturan-aturan tertentu. Dalam penggunaannya sosiolinguistik
memberikan pengetahuan bagaimana cara menggunakan bahasa.
Sosiolinguistik dapat kita manfaatkan
dalam berkomunikasi dan berinteraksi. Sosiolinguistik akan memberikan pedoman
kepada kita dalam berkomunikasi dengan menunjukkan bahasa, ragam bahasa atau
gaya bahasa apa yang harus kita gunakan jika kita berbicara dengan orang
tertentu.
2.
Psiko-Sosiolinguistik
Sebagai Multidisipliner
Psiko-sosiolinguistik
sebagai multidisipliner karena pendekatannya tidak cukup eka/ tunggal disiplin
ilmu melainkan harus anekadisiplin (multidisipliner), meliputi psikologi,
sosiologi, dan linguistik.
a. Psikologi
Psikologi secara harfiah berasal dari kata “psyche” yang artinya (dalam bahasa
Indonesia) “jiwa” dan “logos” yang dapat diartikan sebagai “perkataan/ilmu”.
Sehingga oleh kebanyakan orang indonesia psikologi diartikan sebagai ilmu
tentang jiwa. Padahal, agar kriteria sebagai ilmu pengetahuan dapat terpenuhi,
psikologi akan lebih tepat jika dimaknai sebagai ilmu tentang tingkah laku yang
merupakan ekspresi dari jiwa (Sarwono, 1978). Tingkah laku merupakan fokus
pembahasan dari psikologi. Tidak hanya tingkah laku individu yang ditampakkan
saja, melainkan juga eksistentensi atau jejak dari tingkah laku tersebut
seperti kebiasaan, cara bicara, cara berfikir, pandangan hidup, cita-cita,
kecerdasan, sikap, dan sebagainya.[25]
b. Sosiologi
Sosiologi,
secara harfiah berasal dari kata “socius”
yang dapat berarti “teman” dan “logos”.
Beberapa orang ahli mencoba memberikan definisi bagi sosiologi ini, diantaranya
Emile Durkheim yang mendefinisikan sosiologi sebagai suatu ilmu yang
mempelajari fakta-fakta sosial, yakni fakta yang mengandung cara bertindak,
berpikir, berperasaan yang berada di luar individu di mana fakta-fakta tersebut
memiliki kekuatan untuk mengendalikan individu . Definisi lain dari sosiologi
juga diberikan oleh Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, yaitu ilmu yang
mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk
perubahan-perubahan sosial. Objek yang dikaji dalam sosiologi adalah masyarakat
dalam berhubungan dan juga proses yang dihasilkan dari hubungan tersebut,
dengan pokok bahasan berupa kenyataan atau fakta sosial, tindakan sosial,
khayalan sosiologis serta pengungkapan realitas sosial.[26]
c. Linguistik
Umum
Secara umum linguistik adalah bahasa atau ilmu yang
mengambil bahasa sebagai objek kajiannya. Linguistik berasal dari bahasa latin
yaitu lingua adalah bahasa, sedangkan
istilah dari Prancis linguistik adalah linguistique
,dari bahasa inggris adalah linguistics.
Pakar linguistik di sebut juga Linguis
. Ciri-ciri keilmuan linguistik menurut Ristal menyimpulkan bahwa Linguistik
mempunyai 3 ciri yaitu: 1) Eksplisit Adalah jelas, menyeluruh, tidak mempunyai
dua makna, pasti / konsisten. Contoh: Men+sikat=menyikat, Men+sapu=menyapu. 2)
Sistematis Adalah berpola dan beraturan. 3)
Objektif Adalah sesuai keadaan atau apa adanya.[27]
Hakikat Linguistik menurut Ferdinan Dee Sanssure
(Prancis) di anggap sebagai pelopor linguistik modern. Bukunya yang terkenal
adalah Cours de linguistique generale
(1916).Beberapa istilah yang digunakan olehnya adalah yang digunakan dalam
linguistik, yaitu: 1) Language; Adalah
satu kemampuan berbahasa yang ada pada setiap manusia yang sifatnya pembawaan. 2)
Langue; Adalah mengacu pada suatu
sitem bahasa tertentu yang ada dalam benak seseorang. 3) Parole; Adalah ujaran yang di ucapkan atau di dengar oleh kita.
Perbedaan Linguistik Umum dan Linguistik Spesifik,
yaitu, Linguistik umum adalah ilmu yang tidak mengkaji sebuah bahasa saja,
namun Linguistik spesifik adalah ilmu yang hanya mempelajari / mengkaji sebuah
bahasa saja. Jenis-Jenis linguistik berdasarkan pembidangannya. 1). Linguistik
umum (general linguistics); Adalah linguistik yang merumuskan secara umum semua
bahasa manusia yang bersifat alamiah 2). Linguistik terapan (Applied Linguistik); Adalah ditujukan
untuk menerapkan kaidah-kaidah linguistik dalam kegiatan praktis , sepertidalam
pengajaran bahasa, terjemahan, penyusunan kamus, dan sebagainya. 3). Linguistik
teoritis; Adalah hanya ditujukan untuk mencari atau menemukan teori-teori
linguistik belaka.[28]
Dari uraian ini saya menyimpulkan bahwa psikologi,
sosiologi, dan linguistik memiliki persamaan objek yang dipelajari, yaitu
tingkah laku manusia dan bahasa manusia. Perbedaan antara ketiga ilmu tersebut
adalah pada sudut pandang dan pokok bahasan dalam mengkaji tingkah laku ini.
Psikologi memfokuskan pada tingkah laku seseorang sebagai ekpresi dari
keberadaan jiwa dalam tubuh seseorang. Sosiologi memiliki fokus kajian bagaimana
tingkah laku seseorang dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya.
Sementara linguistik mengkaji tentang melihat bagaimana bahasa itu di ucapkan
oleh seseorang.
D.
Analisa
dan Perbandingan
Ketika kita telah mengetahui tentang beberapa
disiplin ilmu yang terkait dengan Psiko-sosiolinguistik (PSL), kini pemakalah
mencoba untuk menganalisis dan membandingkan kajian Psiko-soisolinguistik
dengan; Psikologi, sosiologi dan Linguistik.
1. PSL
dengan Psikologi
Psikologi mempelajari Gejala- gejala psikis atau
psikologis merupakan perwujudan kondisi kejiwaan seorang individu. Oleh sebab
itu mempelajari kondisi psikologis seseorang dapat dilakukan dengan cara
melihat dan mengamati gejala-gejala yang dimunculkan individu dan terukur.
Jadi, psikologi berusaha mempelajari tingkah laku individu sebagai manifestasi
kondisi psikis yang dialaminya.[29]
Adapun objek formal telaah psikologi adalah manusia, sedangkan objek material
telaahnya adalah perilaku.[30]
Menurut madzhab psikologi seperti yang dikemukakan Sigmund Freud tentang
struktur jiwa, psikoanalisa memandang psikis manusia secara vertikal atas-bawah
(top-down), dan oleh karena itu
madzhab psikologi ini disebut juga dengan Dept
Psychology.[31]
Berdasarkan cara pandang itu struktur psikis manusia masing-masing dari atas-kebawah
adalah kesadaran (conscious) [32],
ambang sadar, atau bawah sadar (preconscious/subconcious)
[33]
dan tidak sadar (unconcious).[34]
Sesuai dengan pembagian jiwa manusia di atas maka perilaku atau katakanlah
gejala-gejala jiwa ada yang bersumber dari wilayah ketidak-sadaran dan ada yang
bersumber dari wilayah kesadaran. Penelitian terhadap gejala-gejala yang nampak
atau kasat mata dan berhenti pada gejala-gejala yang nampak tersebut dan tanpa
berusaha menghubungkannya dengan sumbernya telah memuculkan madzhab yang
dikenal dengan behaviorisme.
Penelitian para pakar psikologi terhadap gejala kognisi, gejala afeksi, gejala
konasi, dan gejala campuran telah memunculkan dua madzhab psikologi yaitu kognitivisme dan humanisme, sedangkan penelitian terhadap gejala jiwa yang bersumber
dari ketidak-sadaran telah memunculkan madzhab psikoanalisa.[35]
PSL tidak jauh berbeda dengan psikologi yang
membicarakan tentang gejala-gejala psikis seseorang dalam mengucapkan suatu
bahasa. Terkadang bahasa seseorang satu dan yang lain berbeda-beda karena latar
belakang keluarga, lingkungan, sosial dll. Maka, ketika seseorang berbicara
terkadang kita perlu melihat latar belakang seseorang dari berbagai aspek,
sehingga kita mampu memahami bahasa apa yang ia gunakan dan bagaimana kita mampu
menyaring ucapan seseorang dengan baik dan benar.
2. PSL
dengan Sosiologi
Sosiologi mempelajari antara lain struktur sosial,
organisasi kemasyarakatan, hubungan antar anggota masyarakat, tingkah laku
masyarakat. Secara konkret, sosiologi mempelajari kelompok-kelompok dalam
masyarakat, seperti keluarga, clan (subsuku),
suku, bangsa. Di dalam masyarakat ada semacam lapisan, seperti lapisan penguasa
dan lapisan rakyat jelata, atau ada kasta-kasta yang berjenjang, juga
dipelajari sosiologi. Tentu saja untuk mempelajari hal-hal semacam kita harus
mempunyai data yang memadai, yang melibatkan banyak orang atau anggota
masyarakat. Kita tidak dapat mengatakan susunan keluarga orang Arab adalah
begini atau begitu, jika kita hanya mendasarkan pada satu keluarga Arab saja.
Begitu pula, kita tidak dapat mengidentifikasikan ciri-ciri pemimpin Arab jika
tidak melibatkan sang pemimpin dengan anggota-anggota yang dipimpin. Jadi,
sosiologi itu paling tidak berhadapan dengan dua individu dalam masyarakat.[36]
PSL yang mempelajari gejala-gejala psikis bahasa
dalam hubungan dengan masyarakat, memiliki persamaan dengan sosiologi, dalam
arti PSL memerlukan data atau subjek lebih dari satu orang individu. Dalam
kajian, keduanya menggunakan metode kuantitatif.
PSL juga menggunakan metode sampling (random atau acak), karena kadang-kadang
tidak mungkin seluruh anggota masyarakat dilibatkan atau dijadikan subjek atau
informan. Dalam kaitan dengan kedua metode itu mustahil PSL juga menggunakan statistik, seperti halnya sosiologi.
Dalam mengumpulkan data, baik sosiologi maupun PSL menggunakan wawancara, rekaman, pengumpulan dokumen, dan
sebagainya, sedangkan dalam pengolahan data menggunakan metode deskriptif. Namun, kita lihat juga
perbedaan antara kedua studi tersebut. Sampai tahap tertentu sosiologi memang
menyentuh bahasa, misalnya kalau dia berbicara tentang hubungan antara anggota
masyarakat yang satu dengan anggota yang lain, atau mengidentifikasikan
ciri-ciri sebuah kelompok masyarakat yang merupakan suku atau bangsa. Tetapi,
tentu juga sosiologi tidak sampai berbicara tentang bahasa itu sampai pada hal
yang sekecil-kecilnya, misalnya tentang struktur kalimat. Sosiologi juga tidak
akan berbicara tentang ragam atau variasi bahasa yang dipakai oleh seorang pemimpin, misalnya, ketika dia berbicara
dengan istri di rumah, dengan tukang sapu di kantor, dengan anggota-anggota
kelompoknya di dalam rapat. Sebaliknya, justru psikis ragam bahasa itulah yang
menjadi salah satu objek PSL. Jadi, objek utama sosiologi bukan bahasa,
melainkan masyarakat, dan dengan tujuan mendiskripsikan masyarakat dan tingkah
laku. Dan objek utama PSL adalah psikis variasi bahasa, bukan masyarakat.
3. PSL
dengan Linguistik
Linguistik umum (General Linguistics) sering kali disebut linguistik saja, mencakup
fonologi, morfologi, dan sintaksis. Linguistik di sini hanya berbicara tentang struktur bahasa, mencakup bidang
struktur bunyi, struktur morfologi, struktur kalimat, dan akhir-akhir ini juga
struktuk wacana (discourse). Linguistik yang demikian itu menitik
beratkan pembicaraan pada bunyi-bunyi bahasa, karena atas dasar anggapan,
bahasa itu berupa bunyi-bunyi yang berstruktur dan bersistem. Semua bahasa
seperti itu, meski tidak ada dua bahasa yang memiliki struktur yang persis
sama. Jadi, linguistik mempunyai pandangan monolitik
terhadap bahasa. Artinya, bahasa dianggap sebagai satu sistem tunggal; 1) linguistik melihat bahasa sebagai suatu sistem tertutup, suatu sistem yang berdiri sendiri terlepas dari kaitannya
dengan struktur masyarakat. Bahasa dianganggap sebagai sistem yang
komponen-komponennya bersifat homogen.
Dalam penelitian, seorang linguis memakai satu atau dua orang subjek sebagai
informan. Tutur informan itu kemudian dianalisis; dan dari satu-dua orang itu
si linguis kemudian menyusun tata bahasa atau memeriahkan struktur bahasa yang
diteliti. Tentu saja informan itu terpilih dari orang-orang yang bertutur dalam
satu ragam tertentu, yaitu ragam baku. Tentu juga kaidah yang berupa
“tatabahasa” itu berlaku bagi semua ragam yang lain.[37]
PSL, sebagaimana linguistik, juga
berbicara tentang bahasa. Metode yang digunakan juga serupa , yaitu deskriptif, dalam arti, menelaah objek
sebagaimana adanya pada saat tertentu. Tetapi, perbedaan dengan linguistik juga
bersifat mendasar. PSL justru tidak mengakui adanya konsep monolitik itu,
karena PSL menganggap setiap bahasa mempunyai sejumlah variasi: tidak ada satu
pun bahasa yang tidak bervariasi. Tutur seseorang bisa bervariasi sesuai
dengan, misalnya, siapa lawan tuturnya. PSL melihat bahasa sebagai suatu sistem
tetapi yang berkaitan dengan struktur masyarakat; bahasa dilihat sebagai sistem yang tidak terlepas dari ciri-ciri
penutur dan dari nilai-nilai psikologis sosiobudaya yang dipatuhi oleh penutur
itu; jadi bahasa dilihat sebagai sistem yang terbuka. Linguistik, atau
linguistik struktural, sesuai dengan namanya, sangat mengutamakan pemerian
terhadap struktur dan bunyi, sedangkan makna dinomorduakan. PSL lebih
menitikberatkan fungsi bahasa dalam
penggunaan, makna bahasa secara sosial. Karena itu pula, PSL tidak mungkin
memakai satu-dua orang sebagai informan, melainkan memakai banyak informan,
banyak pengguna bahasa.
Karena fokus pemerian linguistik itu
struktural atau bunyi bahasa sebagai sistem, wajar kalau data yang dipakai
adalah data tutur verbal, dan satuan terbesar yang digarap umumnya hanya pada
tataran kalimat. Sebaliknya, sesorang
sosiolinguis, yang fokusnya fungsi bahasa, data yang dicari dan dianalisis
adalah data verbal plus nonverbal (seperti
paralinguistik) dan nonlinguistik (yaitu data sosial dan budaya). PSL memperhatikan
fonologi, morfologi, dan sintaksis, tetapi satuan terbesar yang menjadi
objeknya adalah wacana; setidaknya sosiolinguis memulai dari wacana, baru turun
ke tataran yang lebih kecil. Karena masalah PSL itu tidak jauh dari fungsi
bahasa, pendekatannya tidak cukup eka/tunggal disiplin melainkan harus
anekadisiplin.
E.
Kesimpulan
1. Pengertian Psiko-Sosioloinguistik yaitu Psiko-sosiolinguistik
(selanjutnya disingkat PSL), dibandingkan dengan ilmu-ilmu sosial lain, seperti
ilmu ekonomi, psikologi, sosiologi, atau dengan linguistik sendiri, merupakan
ilmu relatif baru. Ditinjau dari nama, PSL menyangkut psikologi, sosiologi, dan
linguistik, karena itu PSL mempunyai kaitan erat dengan ketiga kajian tersebut.
Psiko-adalah kajian gejala-gejala
jiwa/psikis, Sosio-adalah masyarakat,
dan linguistik adalah kajian bahasa.
Jadi, psiko-sosiolinguistik adalah kajian tentang bahasa yang dikaitkan dengan
kondisi gejala-gejala jiwa/psikis kemasyarakatan.
2. Psiko-Sosiolinguistik sebagai multidisipliner karena pendekatannya
tidak cukup eka/ tunggal disiplin ilmu melainkan harus anekadisiplin (multidisipliner),
meliputi psikologi, sosiologi, dan linguistik.
Daftar
Pustaka
Chaer, Abdul, Linguistik Umum, Jakarta: Rineka Cipta, 2007
Chaer, Abdul, dan Agustina, Loenie, Sosiolinguistik Perkenalan Awal; Edisi
Revisi, Jakarta: Rineka Cipta, 2004
Dardjowidjojo, Soenjono, Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia, Jakarta: YOI,
2003.
Malik, Imam, Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta: Teras, 2011
Marliani, Rosleny, Psikologi Umum, Bandung: Pustaka Setia, 2010
Putu Wijana, Dewa, dan Rohmadi, Muhammad, Sosiolinguistik; Kajian Teori dan Analisis, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2012
Soeharso, dan Retnoningsih, Ana, Kamus Bahasa Indonesia Lengkap,
Semarang: Grand Media Pustaka, 2007.
Soekanto, Soerjono, Sosiologi suatu pengantar, Jakarta: Rajawali Pers, 2006
Soeparno, Dasar-Dasar Linguistik Umum, Yogyakarta: Tiara Wacana, 2002
Sumarsono, Sosiolunguistik, Yogyakarta: SABDA, 2010.
Syakur, Nazri, Proses
Psikologik dalam Pemerolehan dan Belajar Bahasa; Seri Psikolinguistik, Yogyakarta:
Tesis UIN, 2008
Verhaar, J.W.M., Asas-Asas Linguistik Umum, Yogyakarta: UGM Press, 2008.
[1] Paper ini dipresentasikan pada
mata kuliah Psiko-sosiolinguistik, yang di ampu oleh Bpk. Dr. H. Nazri Syakur,
M.A., Rabu, 18 September 2013.
[2] Salah satu mahasiswa Program
Pasca Sarjana semester pertama, Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan
Bahasa Arab di Universitas Islam Negri (UIN) Sunan Kalijaga 2013.
[3] Nazri Syakur, Proses Psikologik dalam Pemerolehan dan
Belajar Bahasa; Seri Psikolinguistik, (Yogyakarta: Tesis UIN Sunan
Kalijaga, 2008), hlm. 6
[4] Samsunuwiyati Mar’at, Psikolinguistik suatu pengantar,
(Bandung: Refika Aditama, 2011), hlm. 1
[5] Nazri Syakur, Proses Psikologik dalam Pemerolehan dan Belajar
Bahasa; Seri Psikolinguistik,..................................hlm. 6
[6] Ibid.,hlm. 7
[7] Soenjono Dardjowidjojo, Psiko-Linguistik; Pengantar Pemahaman Bahasa
Manusia, (Jakarta: Obor, 2003), hlm. 7
[8] Ada dua cara
dalam persepsi dan produksi bahasa ini, yaitu secara auditif dan visual. Persepsi bahasa secara auditif adalah
mendengarkan dan persepsi bahasa secara visual adalah membaca. Dalam produksi
bahasa kegiatannya adalah berbicara (auditif)
dan menulis (visual). Proses kognitif yang terjadi pada waktu seseorang
berbicara dan mendengarkan antara lain mengingat apa yang baru didengar,
mengenal kembali apa yang baru didengar itu sebagai kata-kata yang ada artinya,
berpikir, mengungkapkan apa yang telah tersimpan dalam ingatan dalam bentuk
ujaran atau tulisan. Jadi, menyangkut verbal thingking, verbal memory,
dan sebagainya. Disamping itu, dalam berbahasa, peranan intuisi linguistik
tidak boleh diabaikan. Maksudnya, intuisi atau perasaan mengenai pemakaian
kata-kata yang tepat dalam suatu kalimat, sehingga kalimat tersebut benar,
tidak bermakna ganda (ambigous),
Lihat, Samsunuwiyati Mar’at, Psikolinguistik suatu pengantar,.............., hlm. 1
[9] Samsunuwiyati Mar’at, Psikolinguistik suatu pengantar, ..........................,
hlm. 2
[10] Ibid., hlm. 43
[11] Ibid., hlm. 2
[13] Nazri Syakur, Proses Psikologik dalam Pemerolehan dan
Belajar Bahasa; Seri Psikolinguistik............................................................................
hlm. 7
[14]
Nazri Syakur, Proses Psikologik dalam Pemerolehan dan
Belajar Bahasa; Seri Psikolinguistik...........................................................hlm,
7-8
[15] Abdul Chaer dan Leonie Agustina,
Sosiolinguistik; Perkenalan Awal, Edisi
Revisi, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), hlm. 2
[16] Abdul Chaer dan Leonie Agustina, Sosiolinguistik; Perkenalan Awal, Edisi
Revisi,...................hlm. 4
[17]
Ibid., hlm, 3
[18] Identitas sosial dari penutur
adalah, antara lain, dapat diketahui dari pertanyaan apa dan siapa penutur
tersebut, dan bagaimana hubungannya dengan lawan tuturnya. Maka, identitas
penutur dapat berupa anggota keluarga (ayah, ibu, kakak, adik, paman, dan
sebagainya), dapat berupa teman karib, atasan atau bawahan (di tempat kerja),
guru, murid, tetangga, pejabat, orang yang dituakan, dan sebagainya. Identitas penutur
dapat mempengaruhi pilihan kode dalam bertutur. Bisa lihat, Abdul Chaer dan
Leonie Agustina, Sosiolinguistik;
Perkenalan Awal, Edisi Revisi,................hlm,
5
[19] Identitas sosial dari pendengar
tentu harus dilihat dari pihak penutur. Maka, identitas pendengar itu pun dapat
berupa anggota keluarga (ayah, ibu, adik, kakak, paman, dan sebagainya), teman
karib, guru, murid, tetangga, orang yang dituakan, dan sebagainya. Identitas
pendengar atau para pendengar juga akan mempengaruhi pilihan kode dalam
bertutur. Bisa lihat, Abdul Chaer dan
Leonie Agustina, Sosiolinguistik;
Perkenalan Awal, Edisi Revisi,.............hlm,
6
[20] Lingkungan peristiwa tutur
terjadi dapat berubah ruang keluarga di dalam sebuah rumah tangga, di dalam
mesjid, di lapangan sepak bola, di ruang kuliah, di perpustakaan atau di
pinggir jalan. Tempat peristiwa tutur
terjadi dapat pula mempengaruhi pilihan kode dan gaya dalam bertutur. Misalnya,
di ruang perpustakaan tentunya kita harus berbicara dengan suara yang tidak
keras, dan seterusnya.Ibid., hlm.
6
[21] Analisis diakronik dan sinkronik
dari dialek-dialek sosial berupa diskripsi pola-pola dialek-dialek sosial itu,
baik yang berlaku pada masa tertentu atau yang berlaku pada masa yang tidak
terbatas. Dialek sosial ini digunakan para penutur sehubungan dengan kedudukan
mereka sebagai anggota kelas-kelas sosial tertentu di dalam masyarakat. Bisa
lihat, Abdul Chaer dan Leonie Agustina, Sosiolinguistik;
Perkenalan Awal, Edisi Revisi... . hlm. 6
[22] Penilaian sosial yang berbeda
oleh penutur terhadap bentuk-bentuk prilaku ujar. Ibid., hlm. 6
[23] Tingkatan variasi atau
linguistik, maksudnya, bahwa sehubungan dengan hetrogennya anggota suatu
masyarakat tutur, adanya berbagai fungsi sosial dan politik bahasa, serta
adanya tingkatan kesempurnaan kode, maka alat komunikasi, manusia yang disebut
bahasa itu menjadi sangat bervariasi. Setiap variasi, entah namanya dialek,
varietas, atau ragam, mempunyai fungsi sosialnya masing-masing. . Bisa lihat,
Abdul Chaer dan Leonie Agustina, Sosiolinguistik;
Perkenalan Awal, Edisi Revisi.......hlm. 6
[24] Penerapan praktis dari
penelitian sosiolinguistik, merupakan topik yang membicarakan kegunaan
penelitian sosiolinguistik untuk mengatasi masalah-maslah praktis dalam
masyarakat. Misalnya, masalah pengajaran bahasa, pembakuan bahasa dll. Bisa
lihat, Abdul Chaer dan Leonie Agustina, Sosiolinguistik;
Perkenalan Awal, Edisi Revisi...................hlm, 5-6
[25] Rosleny
Marliani, Psikologi Umum, (Bandung:
Pustaka Setia, 2010), hlm. 13
[26] Soerjono
Soekanto, Sosiologi suatu pengantar,
(Jakarta: Rajawali Pers, 2006), hlm. 17
[27] Abdul Chaer, Linguistik Umum, (Jakarta: Rineka Cipta,
2007), hlm. 30
[29] Abdul Chaer, Linguistik Umum ........................hlm.
16-17
[30] Baharuddin, Paradigma Psikologi Islami, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004),
hlm. 287
[31] Nazri Syakur, Proses Psikologik dalam Pemerolehan dan
Belajar Bahasa; Seri Psikolinguistik, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga,
2008), hlm. 3
[32] Conscious adalah bagian dari
kesadaran perseptual, yaitu porsi jiwa
(mind) yang sadar terhadap lingkungan langsung, Lihat. Nazri Syakur, .........................hlm.
3
[33] preconscious/subconcious adalah bukan
termasuk kesadaran, namun dapat dipanggil tanpa menggunakan teknik tertentu
atau adalah zona transisi melalui mana satu bahan yang ditekan (repressed material) harus lalui dalam
perjalanannya dari ketidak-sadaran menuju kesadaran. Lihat. Nazri Syakur,
Proses Psikologik dalam Pemerolehan dan Belajar Bahasa; Seri Psikolinguistik. .....................hlm.
3
[34] Adapun unconscious adalah wilayah jiwa yang
merupakan tempat beradanya id dan
bahan tekanan. Ibid., hlm. 3
[35] Ibid., hlm. 3-4
[36] Sumarsono, Sosiolinguistik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 5-6
[37] Sumarsono, Sosiolinguistik, ....................... hlm. 7-8
Tidak ada komentar:
Posting Komentar